anand nagar

kemaren pagi, di kopaja enam tiga yang endut2an jalannya, gw brasil namatin epilog city of joy yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia sebagai "negeri bahagia". ini buku dah lama masuk lemari koleksi gw, tapi karena sempet mampir2 ke mobil dan kosan orang, baru gw kelartin hahaha

buku ini berisi kiah nyata tentang nasib warga super miskin penghuni kawasan kumuh di calcutta. masyarakat pengisi kawasan ini adalah petani misikin dari bengali *kawasan tandus yang rajin disinggahi bencana kekeringan*, kasta paria, kaum lepra, sampe masyarakat marjinal seperti kaum sida-sida *laki2 yang dikebiri*. di antara mereka terselip seorang pastor polandia stephan kovalski yang berhasil berbaur dan ditahbiskan sebagai warga india, lengkap dengan sertifikasi plus nama baru.

pesan yang ga abis2nya disampein di buku ini adalah bahwa dalam kepapaan yang sangat, kebahagiaan selalu bisa hadir. baik lewat keceriaan anak2 maupun kepasrahan mereka menerima nasib. juga keinginan buat menolong yang sangat kuat, di dalam ketiadaan emang kayaknya solidaritas begitu menguat ya? sampe2 seorang godfather yang konon sangat matre, akhirnya turun gunung juga waktu bencana banjir menyerang. ga tanggung2 yang ditolong tu orang2 lepra yang dikucilin banget dan masuk daftar warga negara terendah.

calcutta, kota majemuk dengan banyak agama. bukan cuma hindu, islam, dan kristen yang bergantian menjadwalkan perayaan hari besar. agama2 lain yang buat kuping kita kedengeran aneh pun ada di sini, yang kayaknya adalah turunan dari agama2 standar tadi. meski udah kebiasaan khas india untuk menanyakan agama sebagai identitas, tapi ketika teman senasibnya buth bantuan, agama gak lagi dipertanyakan. di rumah komunal, emang ada pengelompokan warga berdasarkan agama tapi itu lebih untuk menghindari bentrokan yang bersinggungan dengan aturan. seorang hindu akan marah kalo tetangga muslimnya manggang daging binatang yan gdikeramatkan bukan? tapiramatullah, si muslim dengan setia ngeganttin hapsari pal, petani hindu yang jadi sentral cerita, narik angkong *semacem rickshaw kalo di cina*. juga nassir si pemulung cilik beragama islam, yang dengan senang hati mengajari anak laki2 hapsari untuk mendulang rupee demi biaya pernikahan sang kakak. kaum sida2 sendiri, meski menganut hindu dengan sukarela ngebersihin kamar sang pastor dan perabotan ibadahnya, selembar kafan suci.

trus apa maksudnya gw berpanjang lebar crita macem2 yak? hehehe bgini..
barusan gw telaah lagi.. apa bisa kita setulus itu dalam ngebantu?
waktu kejadian tsunami kompak menyerang asia, kita kelabakan karena sodara2 muslim di aceh jadi korban paling banyak, kita sebut itu cobaan. tapi tsunami yang memberanguskan sebagian warga thailand yang emang mayoritas non muslim dan terkenal punya tingkat pelacuran tinggi, kita kirimin sumpah serapah dan tanpa ragu kita kasih label " azab". badai katrina dan rita yang bikin ancur sebagian kawasan amrik pun gak lepas dituding sebagai hukuman dari Allah atas kesombongan pemrentah nagari om sam itu.

bulan puasa lalu, gw ama beberapa temen bikin aksi penyaluran duwit. makelar gitu lah, ada yang punya duwit tapi ga tau mo disalurin kemana, dan kita tau link orang yang butuh duwit. yawdah, target bernama komunitas pemulung di bintaro sektor tiga. kerjaan kita cuman nodongin duwit, beliin sembako, trus bagi2. beres. komunitas pemulung itu sendiri selama ini diasuh oleh seorang ibu rumah tangga biasa. anak2 mereka diajarin baca, nulis, dan ngitung2.

ternyata crita perjalanan kali ini berekor panjang. sekelompok ibu2 dari "organisasi sosial" warga perumahan komplen, kenapa ibu itu bikin aktivitas ga bilang2 ke pengelola. ngapain ngebantu mereka yang ilegal *hidup tanpa katepe*, tukang "nyuri" dan sebagainya. intinya ga diakui lah. buntut2nya, ibu pengasuh jadi enggan nerima bantuan dari mana pun. termasuk bantuan "sampah" dari temen gw. oh ya, ibu ini beserta temen gw suka ngumpulin sampah2 dari temen2nya buat dibagi2 ke pemulung itu, sebagai kompensasi waktu belajar mereka.

wahai.... setau gw sih yang namanya ngebantu itu gak harus pake syarat selain ikhlas dan tulus. seorang temen gw yang rajin banget ngumpulin sumbangan buat orang2 miskin, malah pernah nyamperin pemulung yang tinggalnya nomaden di atas gerobak mulungnya, nyariin dana buat ngontrak rumah, plus sekolahan buat anak2 si pemulung itu. padahal, si pemulung itu juga gak punya identitas kali... hiya lah, nomaden. tercatat di kelurahan ato erte mana coba?

gw inget juga crita pemulung yang gotong2 jenazah anaknya naek krl karena ga sanggup bayar biaya ngubur. pada saat itu yang jadi dewa penolongnya adalah seorang ibu, yang bukan orang berada sangat.

daddah stephan si pastor polandia penghuni anand nagar *bahasa india artinya kurang lebih sama dengan negeri bahagia*, seringkali gak pernah kenal sama orang2 lepra yang dia tolong. penarik taksi berjuluk anak mukjizat, juga kenal hasari pal ketika tanpa sengaja taksinya nyenggol angkong hasari sampe nyusruk ke got. tapi laki2 ini justru yang langsung menggotong hasari buat berobat, nyediain rumah tinggal ketika hasarai digusur..

kenapa kita gak bisa kayak mereka?
Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

2 comments:

Avara babyshop said...

duh, jadi terharu baca tulisannya. Mungkin orang2 sekarang berpikir kalo urusan hidup adalah masalah orang yang bersangkutan itu sendiri. jadi mo sesusah apapun org lain disekitar kita, mereka akan bilang "who cares!". Semoga kita bukan bagian orang yang gak peduli itu. Soal org bilang ikhlas atau nggak, biar Tuhan yang menilai.

f e r o n a said...

Mungkin karena kita suka berdagang dengan Tuhan. Kalo nolong tuh dapet pahala sekian derajat gituw. Jadi kalo mo nolong juga mesti pilih2, yang sodara seimanlah, yang ini-lah, yang itulah...
Lah niatnya aja udah ga ikhlas, macam mana mo nolong orang ga pake mikir?