Vampir Kosmopolitan

Ini bukan posting euforia Twilight Saga atau New Moon...

Kalau beberapa hari ini status saya di wall Facebook maupun thread di Plurk nyebut-nyebut vampir, itu bukan karena saya terjangkiti virus six-packnya Taylor Lautner di sekuel drama cinta Twilight. Saya bahkan belum nonton lho hahaha...


Ceritanya begini...
Senin lalu saya terkapar seharian memeluk kasur, badan berasa bagai ayam kodok (ayam cabut tulang, cara membuatnya ada di sini): ga' punya nyali buat berdiri *lebay mode on*. Usut punya usut, ternyata kolaborasi liar hipotensi dan anemia berperan penting dalam ketidakberdayaan seorang saya hari itu. Pengukuran akurat menunjukkan nilai sistol/diastol sebesar 85/60 yang artinya: hipotensi, iya hipotensi: suatu keadaan di mana tekanan darah berada di bawah angka normal. Sejatinya, tekanan darah manusia yang normal ada di kisaran 110-120/70 mmHg. Ini berarti, angka tekanan darah saya mengalami diskon sebesar 30%...



Parahnya lagi, meski kandungan haemoglobin darah saya dinyatakan masih di ambang kenormalan, nyatanya hari itu saya positif didiagnosis anemia: kekurangan darah. Errrrr.... sebetulnya lebih tepat kalo dijabarkan sebagai minimnya kandungan eritrosit alias sel darah merah yang fungsi utamanya menjadi kurir oksigen ke seluruh bagian tubuh, terutama otak. No wonder, denyutan nyeri di kepala saya menggila...

Trus apa hubungannya sama vampir? Seorang pengidap hipotensi, mudah dikenali dari ketidaktahanannya terhadap paparan sinar matahari langsung yang bisa berefek sakit kepala hebat. Serupa dengan vampir yang gak pernah tahan kena sinar matahari, kecuali keluarga Cullen hahaha... Sementara, anemia ditandai dengan pucatnya warna kulit terutama kelopak mata bagian bawah. Persis vampir yang wajahnya ga pernah merona kan?

Melalui serangkaian perenungan dan penelaahan mendalam, saya merujuk pada satu hipotesis pemicu bersatunya dua bintang utama dalam kisah vampir saya. Bisa jadi, selain asupan gizi yang kurang memadai *makan banyak gak menjamin kebutuhan tubuh akan nutrisi terpenuhi*, faktor kelelahan juga ikut andil.  Mungkin juga, ini merupakan bentuk unjuk rasa tubuh saya yang merasa dizalimi karena perlakuan tidak adil tadi.


Ambil positifnya saja, menjadi "vampir" sebetulnya lebih menyenangkan ketimbang pengidap hipertensi. Kondisi "kekurangan gizi", mengharuskan pengidap mengonsumsi makanan bergizi dan enak-enak. Sementara sebagian orang musti mengurangi kenikmatan dunia dalam bentuk olahan kambing, saya justru mustinya cukup rajin mengunyah sajian daging merah. Tentunya dalam jumlah yang terkendali. Asyiknya lagi, pola makan bagi hipotensi yang disarankan adalah porsi kecil tapi sering....

Hmmmm.. kedengarannya menyenangkan *lari ke dapur cari makanan*


 


       
Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

2 comments:

ipied said...

ah alasan! bilang aja kamu lagi pengin makan enak :)) wakakakakaka.....

makannya kalo makan enak ajak2 dong biar kamu cepet sembuh *lho*

e-no si nagacentil said...

iyaaaaa butuh makan enaaaaaaak.... *lalap steik*