Doa & Usaha

Pagi ini, timeline saya penuh oleh kicauan seorang tweeps ber-ID @mistymimit, perempuan muda asal Jogja ini, mengabarkan total dana yang terkumpul untuk Merapi sebesar 25juta rupiah.  Angka yang tidak sedikit, mengingat donasi hanya digalang via Twitter dengan menyantumkan nomor rekening.

Charity, memang selalu mengundang empati.  Tak terkecuali ketika musibah terjadi, twitter pun meniadi arena penggalangan dana bencana.  Beragam versi: dari informasi posko bantuan berupa materi, nomor rekening untuk pengiriman dana, hingga yang sempat menjadi arena maki-maki warga negeri Twitter adalah ketika sebuah akun yang mengatasnamakan @indonesiaberdoa menghimpun followers dengan iming-iming 25rupiah per follower. Dua puluh lima rupiah, angka yang mungkin cukup berarti jika saya berada di tahun 70an.  Sayangnya, pemilik akun lupa bahwa di tahun 2010 --di mana terjadi iinflasi sekian ratus kali-- 25rupiah dalam bentuk pecahan pun sudah sangat langka.  Terlebih, pengguna social media bukan lagi kaum yang mudah dibohongi.

Maka, ranah kicauan pun penuh hujatan dalam berbagai bentuk: yang tersantun hingga menjadi gurauan dengan lelang followers bahkan aksi donasi untuk setiap unfollow action yang dilakukan.  Entah serius atau tidak, pastinya topik followers berharga masih saja cukup hangat untuk diperdebatkan. Sampai hari ini... Iseng, saya membuka akun @indonesiaberdoa untuk memantau perkembangan bantuan yang--seharusnya-- sampai hari ini bernilai Rp. 1.535.775,00. Lanjut ke laman situs pemilik akun, yang ternyata mencita-citakan 1juta followers agar terkumpul 25juta rupiah sebagai dana abadi!

Tanpa bermaksud melecehkan niat mulia @indonesiaberdoa, tentu saja banyak cara untuk menggalang dana. Maaf, saya kembali membandingkan dengan @mistymimit yang pagi ini sangat "berisik" memamerkan (baca: melaporkan penyaluran bantuan) lewat tweet singkatnya:


Ora et labora, berdoa dan berusaha memang butuh sinkronisasi. Tapi, membandingkan kedua akun tersebut rasanya saya jadi teringat sebuah cerita di buku bahasa Indonesia jaman SD dulu.  Tentang seorang nenek yang miskin dan setiap hari terus-terusan berdoa supaya bisa kaya.  Juga, cerita pendek di majalah Annida tentang suami yang sangat antusias melakukan ibadah ruhiyah di masjid namun menelantarkan istri.  Dan, tanggapan pak Quraish Shihab tentang pertanyaan klasik: saya rajin shalat tapi kenapa tetap miskin?

Doa, apa pun bentuknya memang bukan sarana menjadi kaya raya. Doa adalah penenang jiwa, dan dalam mencapai keberhasilan duniawi musti dibarengi usaha.  Yang dilakukan @indonesiaberdoa, sesuai ID akun yang dipilihnya, sampai saat ini masih terus berdoa semoga followersnya mencapai sejuta hingga total dana yang tersedia menyamai usaha yang dilakukan Mimit.

Maaf kalau saya nyinyir. Tapi jadi penasaran juga kapan ya followers @indonesiaberdoa mencapai sejuta penyaluran dananya dilaporkan? f(",)o

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

5 comments:

indobrad said...

Wakakakak, aksi @mistymimit bagaikan tamparan bagi @indonesiaberdoa. Thanks for sharing, Jeng. Coba ya tulisan ini di-tweet ke yang bersangkutan *pasang helm*

e-no si nagacentil said...

@indobrad merci beaucoup, mudah2an gw gak diperkarakan gara2 postingan ini hihihi

Unknown said...

kamu jadi followernya juga donk no. biar bisa dapet sejuta follower. kasihan itu 25jt bakal kapan ngumpulnya :D

e-no si nagacentil said...

gak mauuuu.... aku kan cerdas XP

Sopir Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia said...

hmmm....... ada2 ajah yah.