Work for What?

Kamu mau pindah ke mana?


Adalah pertanyaan pertama yang umum dilempar ketika saya mengajukan pengunduran diri ke kantor.  Padahal, gak semua alasan resign melulu karena kita pindah kantor kan?


Keluarga dan pendidikan, adalah dua di antara ratusan alasan resign *biar rhyming* selain dapet -kerjaan-baru-yang-gajinya-lebih-okeh.  Untuk dua alasan pertama, biasanya bos gak berkutik atau kalau bargain kita cukup bagus *baca: disayang bos* akan keluar tawaran buat balik lagi kalau udah kelar ya kuliahnya! Sementara alasan mo usaha sendiri ato kerennya pindah kuadran sekarang lagi lumayan booming dimasukkan dalam surat pengunduran diri. Iya dong, jamannya wirausaha cyiiiiiint \(^______^)/


Ada lagi alasan resign yang cukup "nekad" buat sebagian orang.  Yaitu: pengen fokus jadi full time freelancer. Hee? gak salah? *korek-korek kuping* *kupingnya gajah*.  Iya, karena freelancer dianggap bukan profesi yang menjanjikan untuk hidup layak di Jakarta.  Hidup layak artinya: punya jatah jajan setiap pekan minimal nonton dan nongkrong di warung kopi gituh... Sementara freelancer dibayang-bayangi income yang serba gak pasti. Ah... *mendesah*.


Buat beberapa orang, tentu aja freelancer menjanjikan kebebasan yang priceless.  Bisa ngatur waktu sendiri, milih-milih job mana yang kita suka dan bisa nolak mana yang kita gak suka. Belaguk dikit deh... resikonya emang menjauhkan diri dari kemapanan yang biasa kita terima setiap bulannya. Bukan hal kecil bagi yang ogah melipir dari zona nyaman.  Sebaliknya, para risk taker dan petualang dengan senang hati melakoninya.  Most of freelancer job memang berkutat di bidang kreatif, karena kreativitas mostly keluar dari keadaan yang terburuk (@glennmars, freelancer).


Kayaknya mulia bener ya para wirausahawan dan freelancer


Gak ada yang salah.  Hanya, balik lagi pada niat semula ketika kita menandatangani surat kerjasama di kantor.  Lo kerja buat apa sih? 


Alasan baku yang biasa saya tulis di application form:

  • actualize myself, kerennya sih manfaatin ilmu dan keahlian yang gw punya gituuuh 
  • personal development, ngarepnya ada skill dan knowledge baru yang bisa kita dapat dengan bergabung di perusahaan ituh
  • duit lah, gak muna' kita butuh duit buat bertahan hidup. Yaaa.... kalo bukan karena gaji lebih tinggi atau bonus yang deres macam air hujan mana mau kita pindah kerja ya kan?

Gaya banget ya saya menempatkan duit di peringkat paling buncit alasan kerja?
Saya memang gak pernah menempatkan uang di urutan teratas dalam mencari kerja.  Nyadar diri bahwa ijazah saya ini agak kurang laku dijual di Indonesia deh, lulusan segar fresh graduate paling standar tawaran menariknya jadi medical representative atau pengajar.  Tanpa melecehkan profesi MedRep yang kalau sukses bisa menghasilkan bonus penggemuk pundi-pundi, rasanya ada pertentangann batin ngilik-ngilik tenaga medis demi melariskan dagangan obat saya *uhuk*. Sementara untuk status pengajar dosen aduuuh gak pede luar biasa! Kasihan mahasiswanya punya dosen macam ini hihihi..


Lagipula, menjadikan uang sebagai tujuan utama kerja rasanya bisa bikin saya mati hati.  Masih kebayang di kantor kedua saya, di mana persaingan para Business Executive --sebutan keren buat para sales person-- super ketat demi komisi.  Yak, mereka memang dibayar gaji bulanan standar dan diiming-imingi komisi yang bikin ngeces demi mendongkrak penjualan.  Tapi ya itu, saking ketatnya rok persaingan di antara mereka sikut-sikutan dan sikut beneran pun dianggap lazim! Hiks...


Jika posisi dianggap menentukan gaji dan komisi, maka silakan berjuang dengan prestasi dan bukan merontokkan temen seperjuangan.  Percaya deh, semakin dihambakan benda bernama materi semakin dibutakan nurani kalian pada sucinya pertemanan. Uang itu kayak air laut, makin diminum makin bikin haus dan memaksa kita mencarinya lagi kalo hati kita gak di-menej dengan bener. 


Trus, kalo niat kerja buat ibadah kayak apa ya? f(",)

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

10 comments:

Billy Koesoemadinata said...

jadi, eno cabs dari salon ituh? *eh*

Isti said...

saya kerja tujuannya bukan uang yang utama, ntar kalo udah ahli baru uang tujuannya..hehe..

alle said...

saya kerja buat gaya2an doank sih :p
*boong denk*
ohya, dulu pernah keceplosan pingin kerja di gedung anu, eh ternyata pas ngelamar gawe, keterima, dan ngantornya di gedung anu juga :D

-goenrock- said...

Kalau bisa sidejob, kenapa harus resign? Hihihi

ttd,
#perusakcitrafreelancer

e-no si nagacentil said...

@billy enggak dong, salon kan kebutuhan #eaaaa

e-no si nagacentil said...

@isti uang akan datang beramai-ramai kok *tadahin uang pake karung*

e-no si nagacentil said...

@alle kerjaannya nganu-nganu ya? (--")

e-no si nagacentil said...

@goenrock hidup sidejobbers *kibarin bendera perang*

Ade Sri said...

kalo aku kerja magabut aja, yang penting kerja jangan sampe mengganggu main...setuju? *ajaransesat*

e-no si nagacentil said...

@adesri sangat setuju sekali *tossss*