Lorong Waktu Lawang Sewu

Lawang Sewu adalah landmark-nya Semarang.

Tegak menantang di jantung Jawa Tengah, dan menjadi bagian dari seratus dua bagunan bersejarah yang diproteksi, siapa yang menyangkal gedung dengan julukan seribu pintu (meski jumlah pintunya nggak sampe seribu juga sih) ini punya daya pikat yang memesona?

Belum ke Semarang kalau belum ke Lawang Sewu, sama derajatnya kalau pulang dari Semarang tanpa menjinjing sekotak loenpia khas kota multikultur ini. Nyatanya, setelah bolak-balik Semarang sekian kali dan sekarang ikut menuh-menuhin sebagai imigran saya baru berhasil mengeksplorasi kawasan yang katanya paling mistis di gedung bekas kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) ini: bawah tanah yang basah dan penuh catatan sejarah. 

Baiklah, saya nggak akan membahas sisi mistis gedung cantik ini karena percuma juga sebagai manusia yang tumpul indra keenam-nya, buat saya sejarah yang terekam di dinding Lawang Sewu lebih menarik buat dikulik.  Sama menariknya dengan menelusuri Djakarta tempo doeloe ketika nama Njai Dasima bersinar sebagai bintang. Seperti memasuki mesin waktu Dr. Emmet Brown dan Marty McFly , jejak-jejak muram seperti diputar ulang menggali imaji saya (tanpa penampakan tentunya).

Bawah tanah di Lawang Sewu adalah penjara bagi penentang penjajah Belanda. Selain fungsinya sebagai penampungan air hujan yang merupakan bagian dari arsitektur eco-friendly karya insinyur Londo. Sebetulnya sih keren ya, sayang fungsi gandanya itu bikin ngeri. Seperti cerita duka tahanan sependeritaan di Batavia (buka sejarah Museum Fatahillah deh), maka para narapidana yang dipenjarakan di bawah tanah Lawang Sewu ini nasibnya juga sama memilukan dan bikin miris. Namanya juga penampungan air hujan, kebayang dong gimana tahanan-tahanan itu tersiksa karena lantai dan lorong yang penuh air ini bisa aja sewaktu-waktu naik dan bikin menggigil. Liat aja deh gimana wujud penjaranya:

^ Penjara Jongkok
Hush, ini bukan bak mandi buat nampung air hujan lho.  Baki raksasa dari semen ini adalah penjara jongkok. Sesuai dengan namanya, tahanan yang kebagian jatah mendekam di sini akan tersiksa karena musti jongkok terus-terusan. Bagian atas penjara ini nantinya ditutup dengan teralis. Bisa napas sih tapi apa nggak sakit badan membungkuk terus-terusan? Sayangnya, saya lupa memberikan pembanding pada saat gambar ini diambil jadi agak susah memberikan gambaran ukurannya. 

^ Penjara Berdiri
Ini penjara berdiri, keliatannya lebih nyaman ya daripada penjara jongkok. Jangan salah, meski penjara ini memungkinkan penghuninya berpose normal dalam keadaan berdiri, penjara yang pintu teralisnya sudah dicopot ini kapasitasnya adalah empat orang. Duh.... gak kebayang sempitnya (--")

^ Ruang Jagal 
Nah yang di atas ini adalah ruangan buat mengeksekusi para tahanan. Gak pake berlama-lama meregang nyawa karena para jagal handal memisahkan kepala dari badan tahanan yang kebagian jatah meninggalkan dunia hari itu. Kepala mereka kemudian diletakkan di bak panjang berisi pasir buat menyerap darah (bakal bikin banjir lorong kalau gak ditampung dalam bak pasir). Tumpukan kepala ini kemudian nantinya dibuang lewat jendela kecil di sebelah kanan pada gambar. Hiiiiy... kebayang ih sungai di masa itu penuh mayat manusia O___o

Menurut guide yang menemani kami tur keliling basement, di kawasan ini memang sering muncul penampakan. Tapi saya nggak ngerti kenapa penampakan yang muncul hantu perempuan berambut pirang ya?  Padahal kan yang dibantai di sini adalah penduduk lokal alias suku Jawa (dan mungkin tahanan pindahan dari daerah lain). Ada yang tau jawabnya?

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

9 comments:

Danie said...

serem nggak?

dulu pernah ke basement jam 11 malam, rame2, jadi nggak serem blas. :D

Pitra said...

Kemarin waktu rame2 ke semarang, si guidenya sempet cerita kalau keberadaan penjara itu masih disangsikan. Karena ada pembelajar sejarah Jepang yang sempat ke basement dan melihat sendiri. Lupa sih dia bilangnya apa, tapi intinya Jepang nggak pernah bikin penjara dengan model seperti itu. Entahlah mana yang benar ya. Mungkin tanya ke "penunggu" nya saja yang lebih tahu.

didut said...

yg pirang-pirang tergusur soalnya serem mandang yg lokal no =)))))

Anonymous said...

setahuku, kenapa hantunya berambut pirang - karena yg banyak di jagal bukan orang lokal - tapi orang belanda. dan jangan salah, noni2 belanda itu dapat perlakuan sangat buruk dari orang2 jepang. lebih buruk berkali2 lipat dibanding orang indonesia lokal. aku pernah baca dimana ya - umm, lupa. tapi awalnya jepang itu memfungsikan ruang bawah tanah ini untuk orang2 belanda kok.

e-no si nagacentil said...

@Daniezha enggaaaak.... eksotis malah hihihi

e-no si nagacentil said...

@Pitra penunggunya pemalu, gak mau ketemu (--!)

e-no si nagacentil said...

@Didut bukannya pada main sinetron ya?

e-no si nagacentil said...

@Tobytall menarik, sayang guide yang kemarin jelasin kayaknya cuma ngapalin teks ya bukan serius mempelajari sejarahnya (--!)

annosmile said...

tarifnya berapa ini sekarang buat biaya masuk, sewa sepatu dan senter sama guidenya???