Pinter Dalam 140 Karakter

imgsrc: wikipedia
Belakangan ini saya merasa "gerah". Bukan, bukan karena suhu Jakarta di siang hari yang mostly di atas 30 derajat Celcius. Tapi, karena melihat info-info "ilmiah" bersliweran di twitter ditebarkan tanpa dasar dan serba separuh. 

Berawal dari kampanye susu kalengan, yang dikabarkan bagus banget buat kesehatan. Nggak, saya nggak antisusu kok walaupun perut saya menolak minuman yang buat sebagian orang itu enak banget. Hanya saja, ketika informasi yang bersifat ilmiah, apalagi mengusung unsur medis, disampaikan setengah-setengah tentu saja ini bisa berpotensi menyesatkan. Awalnya ketiga seorang teman mempertanyakan kenapa si susu kaleng ini harganya lebih mahal daripada dus tetrapak. Jawabannya sungguh bikin saya --yang sempat setahun bermain-main dengan para bakteri termasuk penghuni susu-- nyengir miris karena dijawab bahwa si susu kaleng itu "lebih steril" ketimbang merk lain dalam dus tetrapak. Sayang, argumen tersebut cuma meneruskan pesan dari bagian marketing si produk yang tentunya punya strategi beda-beda untuk tiap brand yang dipasarkan.

Argumen yang tentu saja lemah. Kenapa? Untuk membuat susu cair jadi steril, setau saja (tolong kasih tau ya kalau sudah ada teknologi baru) cara yang dikenal di industri adalah lewat pemanasan singkat bersuhu ultra tinggi (dikenal dengan nama UHT) atau temperatur renda- tapi-rauwisuwis alias lama banget (nama kerennya pasteurisasi) untuk mematikan bakteri beserta spora-sporanya.   Apa bedanya dengan susu dalam dus? Toh caranya sama? Atau karena kaleng adalah penghantar panas yang lebih baik sehingga asumsinya bakteri udah kepanasan jika si susu terpapar cahaya? Worse case, ada beberapa jenis bakteri yang sporanya bertahan dan justru terstimulasi untuk berkembang biak setelah dirangsang oleh panas. Jadi?

Masih tentang kampanye si susu, tema yang diangkat kali ini adalah kesaktiannya sebagai senjata detoks(ifikasi). Wait, saya perlu membuka kamus untuk mengetahui apa sih pengertian detoksifikasi ini. Dan menurut kamuskesehatan, detoksifikasi adalah pengeluaran racun dari dalam tubuh. Beberapa artikel populer (udah males baca jurnal ilmiah >,<) menyebutkan puasa sebagai salah satu metode detoks selain olahraga, sauna, dan minum air putih. Ada juga sih yang melakukan detoks dengan hanya minum jus buah tertentu selama beberapa hari. So, mari pikirkan bagaimana mekanisme susu mengeluarkan racun dalam tubuh!

Masih banyak "manfaat sehat" yang disebarkan di media, misalnya bahwa susu ini aman buat yang alergi. Gimana dengan lactose intollerance? Aman? Katanya sih iya, kata google. Nggak tau gimana caranya laktosa diurai kalau tubuh udah menolak. Oh ya, yang terbaru di majalah wanita memaparkan kalau varian lain susu ini juga merupakan antioksidan sehingga bagus untuk menjaga kesehatan kulit. Oh.. ternyata antioksidan yang dimaksud adalah vitamin E. Di banyak artikel, antioksidan sering berwujud makanan alami seperti teh hijau, buah berries, sayuran berwarna hijau pekat dan baru kali ini saya menemukan literatur (yang ternyata advertorial) dan setelah saya crosscheck di sini, ternyata susu yang mengandung antioksidan adalah susu yang diperkaya. Diperkaya berarti ditambahkan zat-zat khusus selama proses produksi sehingga mengandung elemen yang diinginkan. 

Belum cukup keheranan saya, ditambah lagi kejutan dari sebuah akun "dokter" @doktercare yang menyampaikan "bahaya" jeruk nipis bagi pengidap glaukoma dan ibu hamil karena bersifat stimulan:

WEBMD : SEBAIKNYA HINDARI KONSUMSI JERUK NIPIS SELAMA HAMIL & MENYUSUI krn ada efek STIMULAN BAGI TUBUH 

Sayang, di tweet berikutnya si dokter yang hobi banget pake caps lock ini nggak pernah menjelaskan stimulan apa yang dimaksud. Yang ada info "umum" seperti bahaya minum jeruk nipis bersama minuman berkafein karena meningkatkan tekanan darah (and everybody knows the caffein effect!). Selebihnya info jualan alat kesehatan >,<

Kita tahu, twitter hanya berkapasitas 140 karakter. Keterbatasan ini seringkali diakali denga serial tweet atau yang lebih beken dengan sebutan kultwit. Tapi, sekali lagi berapa persen tweeps yang sudi membaca tweets secara komprehensif? Ada chirpstory, tapi sekali lagi berapa orang yang mau mengklik tautan berisi rangkuman kultwit?

Menyebarkan info kesehatan lewat twitter memang beresiko. Itulah kenapa Erykar Lebang pelaku food combining sering cerewet pada followers-nya supaya mengecek di blog-nya yang tercantum di bio. Syukur-syukur kalau si follower cocok sama info yang disampaikan dan nggak ada konflik serius sama kesehatannya. Kalau fail? Terlebih, info seperti ini riskan banget jadi hoax. 

Sejatinya, kita juga bisa lebih selektif menyerap informasi (dan brief dari klien untuk agensi serta buzzer hehehe) dengan selalu cek dan ricek kebenarannya. Jadilah orang yang kritis terhadap semua info yang datang. Saya pernah dikirimi e-mail tentang bahaya es krim cone McD yang digadang-gadang hasil riset Redoxon. E-mailnya meyakinkan banget, menyebut serentetan kosa kata ilmiah yang bisa bikin ngeri! Dasar emang riwil, info ini justru saya kroscek ke pihak Redoxon dan jawabannya adalah Redoxon nggak pernah melakukan penelitian soal es krim cone. Untunglah infonya nggak pernah saya forward ke siapa pun (kecuali redoxon sebagai pihak yang diklaim bikin riset) jadi terhindar dari fitnah. Eh menyebarkan hoax juga termasuk fitnah kan?

Pertanyaannya, berani nggak nolak job kalau brief-nya gak sesuai dengan fakta hehehe...


Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

8 comments:

suke said...

aduh uzing kakaaak, mau job yang duitnya buat beli si ar vi jauh dari cukup saja harus rela boong ya kak? terus klo mo beli al part harus raja tega babatin hutan ya? uhuhuhuhu....

Gioveny Astaning Permana said...

aku juga males buka chirpstory, untungnya aku lebih percaya kuliah nyata daripada kuliah twitter :v

Anonymous said...

In the end kembali pada si penerima informasi apakah dia cukup kritis untuk mengecek validitas berita yang dia terima :)

cK said...

Saya sendiri sering bertanya-tanya apa hubungannya susu dengan detoks, karena sebagai pelaku detosk (cieeee) saya ndak pernah melakukan detoks menggunakan susu.

Seringnya sih makan buah-buahan aja atau sauna...

e-no si nagacentil said...

Mas Sukeeeee.... 8P

e-no si nagacentil said...

@phennyukeroo iyaaa.... mendingan blog!

e-no si nagacentil said...

@sabaiX sayangnya nggak semua orang melakukannya, banyak yg menelan bulat2 info yang diterima meski cuma sepotong2

e-no si nagacentil said...

@cK hooh, makanya ketika si buzzer nerima brief mustinya dikroscek dulu sebelum dia tweetkan juga