Gerbong Perempuan


Saya kurang tau kapan persisnya gerbong (khusus) perempuan dikenalkan. Yang pasti, beragam interpretasi terhadap gerbong yang menempati pangkal dan ujung rangkaian kereta rel listrik ini: kemenangan kaum agamis yang melarang bercampurnya kaum Adam dengan keturunan Hawa, atau sorak gembira feminis mengingat keberadaan gerbong ini adalah salah satu jawaban terhadap keresahan maraknya pelecehan seksual di transportasi massal ini. 

Saya sih hepi-hepi aja. Gerbong khusus perempuan berarti saingan untuk rebutan kursi berkurang (walaupun faktanya saya juga jarang-jarang dapat kursi pada jam-jam sibuk).  Kans bergesekan dengan para pria (beberapa di antara mereka suka mencuri kesempatan ini buat memuaskan hasrat seksualnya, hih!) juga bisa dieliminasi. 

Faktanya, gerbong perempuan ini menangguk kontroversi karena dinilai memupuk egoisme dan membuat perempuan makin beringas (?). Barangkali, ini hipotesa saya, kesimpulan ini ditarik karena di gerbong perempuan jarang sekali ada yang mau berbagi kursi (walaupun stiker kursi prioritas ditempel di sudut tertentu). Sementara di gerbong ikhtilat (saya menggunakan istilah ini untuk gerbong campur) sesekali masih bisa ditemui laki-laki yang dengan suka rela menyerahkan bangku pada perempuan yang ditemuinya, meskipun pemandangan ini sungguh langka 8D 

Pernah, ada tiga perempuan muda duduk di deretan bangku prioritas dengan santainya, padahal tak jauh dari mereka berdiri ibu dan balita (yang seharusnya lebih berhak duduk).  Gerah, sempat seorang lelaki yang berdiri di sambungan antar gerbong menegur. Dasar tambeng, si mbak yang sungguh bugar dan segar itu (dan berpinggul lebar) emoh berdiri dan cuma bergeser sedikit menyisakan tempat yang hanya cukup buat si balita. Ih... rasanya pengen banget berubah wujud jadi balita trus negur si mbak-berpantat-lebar-yang-pelit-ngasih-kursi itu sehingga terjadilah percakapan imajiner ini:

Me (dalam wujud anak kecil) : kakak bisa baca?
Si mbak                              : iya adeeeek 
Me                                      : kakak bisa bahasa Indonesia dan Inggris?
Si mbak                               : iya dong (bangga dan bungah)
Me                                      : kok kakak nggak bisa baca itu sih? *nunjuk stiker imbauan  kursi prioritas* *kemudian nyengir*

Pengalaman menyebalkan lain, ternyata bukan cuma pria yang hobi ngangkang. Beberapa spesies perempuan bergamis atau rok panjang (maaf, tapi dari beberapa kali kejadian nyatanya memang demikian) hobi banget duduk mengangkang. OK, mungkin mereka gerah (Hahaha!). Tapi taukah mbak-mbak sekalian bahwa duduk ngangkang berarti mengurangi space tetangga di sebelahmu? Di jam-jam sibuk, space selebar 20 cm sungguh berarti bagi kami pemilik pinggul kecil buat nyempil lho >,<

Yang seru itu, pas ada cowok menyusup (entah sengaja karena males umpel-umpelan di gerbong ikhtilat atau memang nggak tau. Beragam reaksi yang dipantulkan ketika ditegur sesama penumpang. Dulu-dulu sih, yang suka ngamuk istriknya (duh Buk, bukankah salah satu tujuan pemisahan gerbong ini adalah untuk perlindungan bagi perempuan-perempuan yang bepergian sendirian?).  Belakangan, ada juga bapak-bapak yang niat duduk di kursi prioritas di gerbong perempuan dan pas ditegur ngeyel sampai saya harus melaporkan ke polsuska (polisi khusus KA, kereta api *padahal udah gak berapi*).  Paling kasihan kalau ada cowok yang ketinggalan kereta gara-gara bela-belain masuk lewat pintu gerbong ikhtilat. Padahal, sah-sah aja sih mas kalau cuma numpang lewat di gerbong perempuan.

Hal menyenangkan dari gerbong perempuan tentu saja ada dong. Salah satunya, saat jam pulang itu saya terbebas dari polusi udara (baca: bau keringat) yang ditimbulkan para penumpangnya hahaha... Sebagai mahluk berhidung anjing (alias sensitivitas ekstra pada lobus olfaktorius) tentu saja segala jenis bau-bauan yang kurang enak bakal mengendap dan memicu terjadinya reaksi anti peristaltis (sederhananya ya muntah dan mual gitu deh XD). Tau sendiri kan nggak semua cowok mau jadi korban iklan Axe atau Rexona ^____^

Tentang egoisme yang ditunjukkan para perempuan di gerbong pink ini, sebetulnya nggak bisa disamaratakan juga sih. Minjem istilah orba, sebut saja oknum. Karena nyatanya selain saya *ehem, benerin kerah* masih banyak perempuan-perempuan penghuni gerbong pink yang mau berbagi kursi pada yang lebih berhak. Lagipula, berdiri 30 menit itu ngebakar 70 kalori lho *ini penyebab saya gak gemuk-gemuk juga*! 


Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

6 comments:

mikow said...

Me: kok kakak nggak bisa baca itu sih? *nunjuk stiker imbauan kursi prioritas*
si mbak: loh ini kursi saya. nama saya rita, lengkapnya prioritas

fairyteeth said...

Loh aku suka berdiri tapi kok gak kurus2 :|

Anonymous said...

Jadi pengen nyamar pake gamis trus masuk di gerbong kalian :D

e-no si nagacentil said...

@masmikow >,<

e-no si nagacentil said...

@fairyteeth mungkin harus berdiri sepanjang Kota-Bogor kak ... ~~~~/o/

Latree said...

buat yang mau-menang-dan-lupa-prioritas pasti ini sebuah kemenangan egoisme perempuan. buat yang lain mungkin lebih untuk keamanan.

hehe...