Seragam

Kenapa sih anak sekolah di Indonesia harus pakai seragam?


foto dari keywordpicture.com 
Di banyak sekolah, anak sekolah dituntut untuk berseragam. Bukan cuma pakaian, tapi juga aksesoris penunjang seperti sepatu dan kaos kaki. Ponakan saya, kelas VIII di sebuah SMPIT (semacam SMP tapi dengan label Islami dan muatan agama yang lebih besar porsinya, at least dari pakaiannya yang menutup rapat aurat hehehe) pun tak luput aturan yang sudah diterapkan sejak jaman emaknya (alias kakak saya) meniti ilmu di bangku SMP tahun 80an: cuma boleh pake sepatu hitam. 

Kebanyakan pembuat peraturan seragam berkilah, ketetapan berbusana dengan warna dan potongan yang sama ini tujuannya supaya menghindari para siswa saling "pamer kekayaan". Dikhawatirkan, kalau sepatu boleh warna apa aja maka yang terjadi adalah parade pamer model sepatu dari berbagai merk mahal. Well, siapa tau ada yang ke sekolah pake knee bots lengkap dengan aksen bulu-bulu, begitukah?

Pernah nggak ya pembuat aturan itu berpikir sebaliknya: keharusan berseragam justru memaksa (ortu) siswa keluar biaya tambahan: uang seragam. Baik yang sifatnya wajib (setor ke sekolah) atau jahit sendiri. Gimana dengan siswa dari keluarga gak mampu? Seperti yang saya alami dulu, waktu SMP. Oh ya, waktu itu kondisi ekonomi keluarga lagi parah-parahnya berada di titik terendah gara-gara PHK. Sementara, ada tujuh mulut yang harus disuapi makanan bernutrisi karena dalam masa pertumbuhan. Ditambah, usia kami bertujuh berada dalam rentang umur Wajib Belajar. 

Meski lolos masuk sekolah negeri (yang berarti biaya sekolah bisa dipangkas lebih murah ketimbang sekolah swasta, ini jaman dulu sik) persoalan keuangan nggak berhenti sampai di situ karena begitu dinyatakan diterima di sekolah favorit keluarlah persyaratan administrasi bernama "uang seragam" yang akan dikonversi menjadi beberapa pasang seragam putih-biru, seragam olahraga, dan pasangan kaos kaki serta sepatu hitam sesuai aturan. 

Ketika akhirnya sepatu hitam seragam itu menemani hari-hari saya sebagai pelajar SMP favorit, bukan berarti masalah usai. Namanya juga anak sekolahan yang lagi lincah-lincahnya, masa pakai si sepatu hitam pun selesai alias jebol sana-sini. Beli sepatu baru jelas PR karena jatah belanja sepatu (dan printilan sekolah lain) hanya dimungkinkan setiap awal tahun akademik. Ceritanya, di tengah tahun akademik sepatu jebol sementara anggaran beli sepatu baru belum keluar. Setelah usaha tambal sana sini (untung sepatu kain, jadi bolong2 bisa disiasati pakek plester dan semir hitam hehehe) tampaknya si sepatu gak sanggup bertahan dan harus pensiun. 

Sebetulnya, pada saat itu pertolongan datang lewat tetangga yang mengirimkan sepatu olahraga bagus dengan ukuran yang sungguh pas di kaki saya. Tapi.... warnanya putih! Duh... kalau saja nggak ada keharusan berseragam sepatu hitam, saya nggak perlu beli sepatu baru kan?

Satu hal yang saya syukuri pada waktu itu adalah nggak musti seragam untuk urusan tas. Jadi, saya bebas-bebas aja ke sekolah pake tas buatan sendiri dari karung goni yang dimodifikasi hahahaha.... Alih-alih keliatan gembel, tas karung goni itu malah dikagumi temen sekelas karena kreatif! So, masih menganggap seragam bisa menghapus kesenjangan siswa "kaya" dengan yang "miskin"? 

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

11 comments:

Anonymous said...

Anak Indonesia harus berseragam biar orang tua mereka nggak pusing karena sering-sering diminta beli baju buat ke sekolah... Kebayang gue yg puyeng kalo anak gue ke sekolah pakai baju bebas terus tiap hari. Cukup tiap Rabu & Jumat ajah baju bebasnya.

randa saputra said...

Mengharukan,,,, foto sepatunya mana mbak biar makin mantep :)

Gioveny Astaning Permana said...

bayangin kl anak sekolah gak pake seragam.
seragam itu bertujuan supaya semua sama, ngga ada yg pake baju mahal, lebih mahal, dan beda-bedain mana sih yg bajunya bagus buat sekolah
bayangin aja :)

didut said...

kl baca komen sabai keknya km hrs punya anak yg bersekolah dulu no *dibejek* =))))

e-no si nagacentil said...

@sabai kalo dibalik gimana: anak nggak perlu beli baju seragam. Cukup pakai baju yang dia punya di lemari.

e-no si nagacentil said...

@randa sepatunya udah pensiun dan masuk tempat sampah, mungkin sekarang udah jadi fosil T___T

e-no si nagacentil said...

@Gioveny justru sebaliknya kak, kalau nggak punya uang buat beli seragam gimana? Atau apakah seragam sekolah terbukti efektif menghindarkan hal tersebut? *mendadak serius*

e-no si nagacentil said...

@didut pengalaman gw dulu sik hahahaha... seandainya gak wajib pake sepatu item seragam, gw kan gak perlu beli sepatu dan cukup pake sepatu lungsuran yang berwarna putih itu dan bagus itu huhuhu

arievrahman said...

Kalau anak sekolah dibolehin pake knee bots lengkap dengan aksen bulu-bulu pasti ntar bentuk lulusannya kayak kamu semua kak ^^

Anonymous said...

agak galau ni baca tulisan mba eno hahaha..

Anggara said...

bukannya bagus ya, kalau ngecengin, setidaknya tahu kalau yang sekolah dimana :mrgreen: