Bakso A Kiauw 99 Yang Wow!

“Ngebakso yuk!”

Ajakan itu muncul di grup WhatsApp saya suatu sore, ketika hujan mengguyur rata Jakarta dan sekitarnya. Siapa yang bisa menolak pesona bulatan daging dalam kuah kaldu pengusir dingin (dan lapar tentunya) asal negeri tirai bambu itu? Maka, ajakan itu saya respon dengan jawaban singkat: “Yuk, di mana?”

Surprisingly, yang ngajak ngebakso menyebut satu kawasan bernama Mangga Besar sebagai destinasi ngebakso minggu sore itu. Hah? Mangga Besar yang mana ini? Dalam hati saya berharap kawasan yang dimaksud bertempat di seputaran Jati Padang (meski agak bingung sebab setau saya di daerah yang nyaris tiap hari saya lewati itu nggak ada bakso yang kesohor enaknya). Teka-teki si Mangga Besar terjawab ketika teman saya menyebutkan daerah yang dimaksud ada di Jakarta Pusat.

“A Kiauw, namanya bakso A Kiauw” imbuh teman saya.

Dari namanya aja udah mencerminkan wilayah mana yang dimaksud kan? Entah kemampuan membujuk negosiasi teman saya yang mumpuni atau memang rasa penasaran mengalahkan segalanya, maka berangkatlah saya ke kedai bakso yang dimaksud. Berbekal panduan HereDrive dan Google Maps, sampai juga di Bakso A Kiauw yang dituju. Eh, ditambah sedikit telpon sana-sini pada penguasa daerah sih hihihi..

Berada di area Pecinan, bakso A Kiauw menempati ruko berdesain lawas yang cukup luas. Ada yang bilang, rumah makan enak itu bisa dilihat dari bejubelnya tamu atau ramenya antrian, dan Bakso A Kiauw memenuhi dua syarat itu. Beruntung saya bertiga masih dapat kursi.  Menilik namanya, sebetulnya saya sedikit waswas kalau-kalau si bakso ini menyelipkan printilan babi dalam menunya. Syukurlah dari menu yang dipajang besar-besar di tembok, Bakso A Kiauw hanya menyediakan bagian tubuh sapi dalam sajiannya. Karena nggak terllau suka daging, saya memilih bakso “paket” yang berisi butiran bakso, babat, serta daging sengkel tanpa mi alias kosongan.



Tak sampai 10 menit, semangkok bakso dengan kuah panas mengepul tiba di hadapan saya. Disusul segelas es liang teh (saya pesan ini karena penasaran sih hahahaha) tombo haus. Untuk ukuran rumah makan dengan kepadatan luar biasa, perlu diacungi jempol tangan dan kaki sekaligus karena layanannya bisa dibilang cepat. Bandingin deh sama resto “modern” yang butuh kesabaran esktra buat nunggu pesanan dateng 8))

Penampakan bakso A Kiauw sekilas sama aja dengan bakso-bakso lain. Butiran baksonya tetap bulat, babat dan daging sengkel diiris tipis tersaji dalam kuah kaldu panas. Keistimewaannya baru terasa ketika potongan daun ketumbar (yang ditempatkan terpisah) pada bakso. Luar biasa sedap! Kalau bakso biasa memakai seledri, Bakso A Kiauw memilih daun ketumbar sebagai agen anti-mblenger yang  biasa timbul ketika makan bakso berporsi besar. Dan hey, irisan daging sengkelnya yang cantik itu juga terasa sedikit manis menyenangkan. Biasanya sih irisan daging dalam kuah bakso itu rasanya datar aja. Dan untuk mengimbangi gurihnya bakso, saya memesan es liang teh. Seger!

Menilik tingginya antusiasme penikmat bakso yang rela antri, tampaknya bakso A Kiauw memang istimewa. Bukan cuma rasa tapi juga layanan dari si empunya yang gak segan terjun langsung memantau ketersediaan kursi buat para tamu. Begitu ada kursi kosong yang sesuai dengan jumlah grup tamu, si encik langsung menyilakan pengantri buat duduk. Di depan saya, duduk seorang bapak separuh baya yang tampaknya pelanggan lama. Datang sendirian, bisa dipastikan si bapak pasti penyuka bakso A Kiauw. Benar saja, ketika iseng-iseng saya ajak ngobrol, si bapak bilang sudah bertahun-tahun nggak makan di sini. Semacam pelampiasan kangen pada nikmatnya si bakso nampaknya…

Satu kesan yang melekat ketika saya beranjak pergi (musti tahu diri ngasih kursi buat yang antri dong!), keramahan para tamu masih tersisa di sana. Usai menyantap baksonya, bapak tua yang sempat saya ajak ngobrol tadi pamitan sambil tersenyum ramah. Pemandangan yang sungguh langka di tempat makan umum di Jakarta.



Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

2 comments:

Unknown said...

kalo bakso tep lah mba, bakso malang jagoane \m/

Anonymous said...

Ah, I have mixed feeling about bakso.