Eksplorasi Sajian Sulawesi (dan Maluku) Di Kempinski

Bicara kuliner Sulawesi, rasanya sulit untuk menjauhkan Makassar dan Manado yang identik sebagai perwakilan wisata boga dari wilayah Indonesia Timur ini. Sama eksotisnya: kaya bumbu rempah pada sajian utama sekaligus legit yang dominan untuk dessert-nya. Tapi, gimana ya dengan kepulauan Maluku yang juga masih berlekatan dengan Sulawesi?


5 minggu, 5 kepulauan
Berangkat dari rasa penasaran, awal September lalu saya menyambangi gelaran makanan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta. Bertajuk "5 islands in 5 weeks", festival kuliner tanah air ini menghadirkan sajian dari kelima pulau di nusantara: Sumatera, Jawa, Bali-Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi-Maluku yang dimotori oleh chef Petty Elliot. Pilihan jatuh pada pekan terakhir, sekadar menyimak adakah pemanja lidah selain sajian Makassar dan Manado yang tentu saja sudah sangat familiar itu.


Dekorasi yang penuh rekaman sejarah
Mengentalkan nuansa Indonesia, Signature Restaurant yang menjadi ajang festival foodie island hopping ini memajang rekaman sejarah dalam gambar. Beberapa sudut resto juga menampilkan potret bapak bangsa Ir. Sukarno (sekaligus merayakan kemerdekaan ke-70 kemerdekaan Indonesia tentunya). Berbaur dengan hidangan internasional, sudut sajian lokal tampil cantik dalam kemasan gerabah khas Indonesia. Ternyata, banyak sekali hidangan dari Sulawesi dan Maluku yang musti dicicip karena uniknya hahaha... *ukur kapasitas lambung*.

Membuka petualangan rasa, gohu jadi pilihan saya. Sebelumnya, saya cuma tau rujak gohu yang nggak lain dibuat dari irisan pepaya dan bumbu yang mirip asinan. Nah, ternyata Sulawesi Utara juga punya juga gohu ikan yang dibuat dari olahan ikan segar ala ceviche. Menu serupa juga populer di Ternate. Rasanya? Luar biasa enak! Untuk membuat gohu ikan, daging ikan tuna segar diiris tipis kemudian dilumuri garam dan lemon cui (sejenis jeruk seukuran jeruk nipis, tapi beraroma kuat dan banyak digunakan di hidangan Sulawesi). Penggunaan rempah daun kemangi pada gohu ikan juga membuat makanan ini sempurna sebagai hidangan pembuka. Yakin deh, kombinasi gohu ini bisa mengalahkan salad Thailand kalau diseriusin!  



Menu berikutnya, ini favorit saya dan selalu jadi andalan ketika susah makan hahaha. Hidangan sepinggan yang menggabungkan beras, umbi, dan sayuran ini memang paripurna banget untuk pemenuhan gizi. Agar lebih berselera, tentu saja bubur tinotuan alias bubur Manado ini perlu kondimen berupa sambal roa yang fenomenal itu. 

Bubur Tinotuan, minus sambal roa

Karena dianggap lengkap nutrisinya inilah, ibu saya kerap menyajikan bubur Manado sebagai hidangan masa kecil dulu. Mengenyangkan, tapi nggak menggemukkan dan pastinya kaya serat. Hasilnya bisa dilihat dari bentuk badan yang sukses bikin iri temen-temen hahaha.... Nah tuh kan, masakan Indonesia tuh sebetulnya layak mendunia buat menu diet lho!

Ada pisang dan sirsak sebagai penggganti nasi!

Kearifan lokal berupa diversifikasi pangan juga tercermin dari beragamnya sumber energi yang dikonsumsi masyarakat Sulawesi-Maluku. Selain beras, buah-buahan seperti pisang dan sirsak muda juga menjadi menu pemasok kalori. Keunikan rasa tambahan yang sedikit asam nggak mengurangi kenikmatan buah lokal ini buat menemani main course yang bercitarasa pedas seperti tumis bunga pepaya atau daging pantallo pamarason yang sekilas mirip semur ini:


Selain sambal roa, Maluku juga punya sambal kenari yang sungguh-sulit-dilupakan-kelezatannya. Bahan bakunya tentu saja kacang kenari yang melimpah, ditambah racikan sambal pada umumnya. Rasanya pengen bawa pulang semangkok saking enaknya. Boleh? Kalau di deretan kacang impor kita mengenal almon, nah pembanding yang pas buat menandingi kelezatan almon ini menurut saya ya kenari. 

Sambal Kenari, biasanya jadi cocolan pisang goreng

Puas menyantap hidangan utama yang berempah, belum lengkap kalau nggak ditutup dengan dessert ya? Seperti kebanyakan sajian pencuci mulut (kenapa namanya pencuci mulut padahal bikin rongga mulut makin kotor ya hahaha) khas Indonesia lain, Sulawesi-Maluku juga didominasi rasa legit. Mungkin untuk menetralkan pedas yang membakar lidah ya?

Barongko, banana banget!

Klappertaart, masih butuh penjelasan?

Es Palu Butung dengan strawberry shorbet

Chef Petty Elliot mendandani desserts ini dengan tampilan cantik yang instagrammable banget. Klappertaart dalam gelas bening yang menampilkan lapisan topping-nya dengan sempurna pastinya lebih memikat ya? Untuk es palu butung bahkan dimodifikasi dengan tambahan strawberry shorbet yang menyumbang rasa asam-manis-segar sebagai penetral. Yang masih otentik barangkali barongko, semacam nagasari kalau di pulau Jawa, tapi dengan komposisi pisang yang sangat kental dan menebar di seluruh bagian kue. Oh ya saya pernah makan barongko yang disajikan dalam cup, terasa ada yang kurang tanpa aroma daun pisangnya hehehe....

Ide Hotel Indonesia Kempinski menggelar event ini tentunya layak diapresiasi sebagai salah satu upaya mengangkat kuliner Indonesia lebih mendunia. Saya percaya banget kalau masakan Indonesia diseriusin (dan didandani secantik mungkin!) bakal punya daya saing yang kuat. Oh ya sebelum mengakhiri petualangan kuliner kali ini, kenalkan ini dia chef cantik di balik kelezatan sajian Sulawesi-Maluku yang saya cicipi:

Cantik, jago masak, dan punya kepedulian sosial tinggi!

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

0 comments: